Rabu, 29 Januari 2020

Kuliah Online Gratis


Arabic is the official language of over 20 countries and there are over 467 million native speakers of the language. To learn Arabic please fill the form on this page: 

https://t.co/pJJlz2JBDo

#freelessons #Asia #Australia #Africa #Europe  #NorthAmerica #SouthAmerica #theworld 

https://t.co/zEudYoV9uh

Selasa, 28 Januari 2020

Belajar Bahasa Arab di Arab

Mahad lughah adl kelas belajar bahasa Arab, detail klik di bawah

http://www.santrinabawi.com/2016/08/tanya-jawab-mahad-lughoh-kerajaan-saudi-arabia.html?m=1

---
Beberapa kampus saudi yg ada beasiswa full belajar bahasa Arab sebelum masuk S1 utk ikhwan & akhwat, masih ada Univ Islam Madinah tapi itu ksmpus khusus ikhwan

Syarat klik di Bawah, biasanya pendaftaran waktu Ramadhan tiap tahun

http://www.santrinabawi.com/2017/08/beasiswa-mahad-lughowiyat-ksu-saudi-2017.html?m=1

http://www.santrinabawi.com/2017/03/beasiswa-mahad-lughoh-king-abdul-aziz-university.html

http://www.santrinabawi.com/2018/10/beasiswa-mahad-lughoh-umm-alqura-makkah.html?m=1

Senin, 27 Januari 2020

Nahwu vs Sharaf

"Saya lebih suka nahwu daripada sharaf.
Kalo *sharaf masih bingung* " (Peserta yg ikut kelas Sharaf & Nahwu di divisi Bahasa Arab LKP Cikati)

-----
Tanggapan:

1. Faktor pertama yg plg dasar, pada kelas sharaf Kmarin lbh sering ijin dr prlajaran...

2. Kalau ilmu sharaf blm terasa (banyak) dampaknya... soalny, ia akan terasa manfaatny kalau sudah banyak baca teks arab/kitab, jadi dari sekian banyaknya kosakata kita akan analisis pola kata (harakatnya), jenis kata apa, kemudian kata dasarnya apa, maknanya apa. Adapun,

Kalau nahwu, pake contoh sederhana sj sdh paham dan kerasa manfaatnya, juga sudah paham dasarnya. Misal: kata kerja + pelaku, mubtada + khabar, cukup 2-3 kata untuk memberi contoh nahwu dlm bentuk kalimat. Meski di sana masih banyak hal yg detil, rinci jg luas yg baru dipelajari di level lanjutan.

Namun memang tak bisa dipungkiri, nahwu adl keunikan bahasa Arab, yg ia tidak ada di bahasa kita, jd jika penyampaian pengajar bisa dipahami apalagi asyik, *nahwu akan memikat hati pembelajarnya.*

fyi, saya sendiri jg lebih suka sama nahwu drpd sharaf, namun keduanya tak bisa dipisahkan. Namun sharaf tdk butuh analisis mendalam ketika seseorang sdh byk baca kitab, karena dia sdh hafal diluar kepala pola harakat hanya dengan sekali melihat kata arab yg gundul.

Wallahu a'lam

Harakat A Bukan O

"A" BUKAN "O"

Alangkah jauh lebih baik kalau kita membiasakan mentransliterasikan huruf-huruf tafkhim (tebal) dalam bahasa Arab, seperti:

الخاء، الراء، الصاد، الضاد، الطاء، الظاء، الغين، القاف,الله
Pada saat berharakat fathah dengan tetap menggunakan huruf "A" bukan "O":

Khā, Rā, Shād, Dhād, Thā, Zha, Ghain, Qāf, Allāh

Hal ini disebabkan kebiasaan orang-orang Arab yang mengucapkannya dengan membuka mulut saat melafazhkan huruf-huruf tersebut, bukan dengan memonyongkannya.

Dalam tradisi bahasa Arab, huruf vokal asli hanya ada tiga:
U atau dhammah (memonyongkan bibir)
I atau kasrah (menarik mulut)
A atau fathah (membuka mulut)

Namun, dalam bahasa Arab terdapat huruf tipis dan huruf tebal yang berbeda dengan tradisi bahasa Indonesia. Memang, dalam bahasa Arab terdapat huruf vokal cabang, yakni imalah dan taqlil. Mengucapkan bunyi vokal di antara A dan I menjadi E (imalah) dan A dan I namun masih dominan A-nya (taqlil). Sedangkan huruf O tidak dikenal dalam tradisi bahasa Arab. Dan orang-orang Arab menyamakan huruf O dengan U disebabkan cara mengucapkannya yang sama, yakni dengan memonyongkan kedua bibir.

Jadi, orang-orang Arab hanya memonyongkan mulut pada saat mengucapkan huruf-huruf berharakat dhammah, dan juga huruf Waw dalam seluruh keadaannya. Karenanya, kebanyakan Masyayikh Ahli Qirāāt menganggap bahwa memonyongkan mulut pada saat mengucapkan huruf-huruf tebal yang fathah sebagai salah satu bentuk lahn yang mesti dihindari.

Ketika kami bertalaqqi dengan para Masyayikh dari Timur Tengah, apabila ada yang membaca huruf fathah dengan memonyongkan bibir, mereka selalu mengatakan:

لا تضم الشفتين
"Jangan mendhammahkan (memonyongkan) kedua bibir."

Karena menurut kebiasaan orang-orang Arab, memonyongkan bibir selalu bermakna dhammah. Artinya saat huruf tersebut berharakat fathah, tidak boleh dimonyongkan.

Memang ada sebagian Ahli Qirāāt yang memperbolehkan memonyongkan bibir saat fathah, bahkan sebagian kecil di antara mereka mengharuskannya untuk melatih pengucapan huruf-huruf tebal. Namun, kami sendiri belum pernah secara langsung bertalaqqi dengan para Masyayikh yang mengamalkannya, dan penjelasan dari kebanyakan para Masyayikh kibar (senior) dalam masalah ini lebih cenderung tidak memonyongkannya.

Apabila kita membiasakan untuk mentransliterasikan huruf-huruf tebal fathah dengan huruf "O", maka yang terlintas di kepala kita saat mengucapkannya adalah langsung memonyongkan bibir, seperti:

Ro, Kho, Alloh, dst.

Kebiasaan seperti ini akan menyulitkan para penuntut ilmu yang bertalaqqi dengan para Masyayikh Timur Tengah, karena kebanyakan para Masyayikh sebagaimana kami sampaikan tidak mengamalkannya, bahkan menganggapnya sebagai lahn yang mesti dihindari.

Lain halnya kalau transliterasi tersebut dibiasakan dengan huruf "A", maka orang yang membaca dan melafazhkan akan terbiasa membuka mulutnya, bukan dengan memonyongkannya. Dan ini lebih selamat dan kami menilai lebih sesuai dengan teori fathah itu sendiri yang artinya terbuka atau membuka mulut. Wallāhu a'lam.

Semoga bermanfaat.

- Muhammad Laili Al-Fadhli -

Senin, 20 Januari 2020

Nasib Studi Fokus Bahasa Arab, Beasiswa S2 S3 Saudi


Qassim University (QU). Provinsi Al Qassim. Saudi Arabia.

تعلن عمادة الدراسات العليا عن بدء التقديم على (18) برنامجا لمرحلة الدكتوراه، و (59) برنامجا لمرحلة الماجستير.
#جامعة_القصيم 
من يوم الأحد  ١٤٤١/٠٦/٠١ حتى الخميس ١٤٤١/٠٦/١٢

The Deanship of Graduate Studies (DGS) atau Program Studi Pascasarjana Universitas Qassim mengumumkan Linimasa (Bentang Waktu) Pendaftaran delapan belas (18) program PhD/S3, dan Lima Puluh Sembilan (59) program Master/S2 Universitas Qassim dijadwalkan untuk dibuka pada hari Ahad 1 Jumadil Akhir 1441 H hingga Kamis 12 Jumadil Akhir 1441 H. (Ahad, 26 Januari 2020 s.d Kamis 6 Februari 2020). 

Catat tanggalnya. Bentang waktu hanya diberikan 12 hari saja.

أن يكون المتقدم سعودياً أو على منحة رسمية للدراسات العليا إذا كان من غير السعوديين.

Pelamar haruslah orang Saudi atau Penerima Beasiswa resmi untuk studi pascasarjana jika ia bukan orang Saudi. 
Dari keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan hanya dibebankan kepada mahasiswa yang merupakan warga negara saudi. Program kuliah berbayar tidak dibuka untuk Mahasiswa Non-Saudi.

Registrasi pada jadwal yang tertera, bisa diakses melalui https://registration.qu.edu.sa/

Layout sistem portal pendaftaran, bisa diintip melalui dokumen pdf berikut ini
https://registration.qu.edu.sa/uploads/profileRegistrationProcosess.pdf

Dokumen utama yang harus disiapkan pada masa pendaftaran, antara lain:
1. Ijazah Pendidikan;
2. Transkrip Nilai;
3. Dua surat rekomendasi dari dua professor, doktor atau dosen yang membimbing dari jenjang pendidikan sebelumnya;
4. Bitoqoh Al-hawiyya Al-waṭaniyya (Kartu Identitas Saudi).

Persyaratan nomor 4 ini, ditujukan kepada Warga Saudi yang biasanya dirubah menjadi Passport dengan masa yang masih berlaku pada Pelamar Non Saudi.
Informasi resmi akan kembali direalease pada 26 januari 2020 terkait availability pendaftar non Saudi apakah dapat mengaskses proses pendaftaran. Selagi menunggu akses terbuka, para peminat agar dapat mulai mengumpulkan berkas.

Ikuti akun Instagram Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Qassim di https://www.instagram.com/ppmiqassim/ untuk dapat melihat kehidupan Mahasiswa Indonesia di Universitas Qassim.

As’alullaahal azhiim rabbal ‘arsyil ‘azhiim.. Semoga Allah memudahkanmu mendapatkan jalan dalam menutut ilmu.
---
Bismillah.
Tawaran beasiswa S2 (Magister) pada bidang Penyakit Tanaman di Kampus King Saud University (KSU, Kota Riyadh), Saudi Arabia Tahun Ajaran 2020/2021.
Kepada Mahasiswa/i Indonesia dengan asal rumpun ilmu Sarjana (S1) Agroteknologi/Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT)/Biologi/Mikrobiologi. Berusia di bawah 30 Tahun. Berbahasa Inggris Aktif.
Beberapa tema penelitian diantaranya:
1. Citrus bacterial cancer disease
2. Citrus greening disease
3. Potato soft rot disease
4. Date palm disease cause by fungi
5. Fusarium wilt disease in vegetable crops
6. etc
Kepada yang berminat dapat mengirimkan cv dan transkrip akademik dalam bahasa Inggris ke alamat email ayanto@ksu.edu.sa (a.n Arya)
Terima kasih atas atensi yang diberikan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

---

Najran University (NU). Kota Najran. Saudi Arabia.

Pembukaan Pendaftaran Beasiswa Master (S2) Universitas Najran.
Universitas ini berada di Kota Najran. Merupakan sebuah kota di bagian barat daya kerajaan yang berbatasan langsung dengan Yaman. Akar sejarah dan budaya Kota ini, amat erat berkaitan dengan Yaman. Najran baru bergabung menjadi bagian dari Wilayah Kerajaan Saudi pada tahun 1934. Meski pada saat ini seluruh penduduknya adalah Muslim, sejarah Yahudi Yemenite dan Komunitas Kristen telah ada di wilayah ini sejak abad ke-5 Masehi. Komunitas Yahudi di Najran lebih memilih eksodus untuk pindah menjadi warga Israel pada September 1949. Komunitasn kecil Syiah Ismailiyah hingga sekarang masih bisa ditemukan di Provinsi ini. Menjadikan kota ini menjadi wujud keberagaman dari Kerajaan Saudi Arabia dengan sejarah dan latar belakang yang menarik.

جامعة_نجران - ممثلة في عمادةالدراسات العليا - تعلن عن مواعيد التسجيل في برامج الماجستير للعام الدراسي 1441-1442

Universitas Najran - diwakili oleh Deanship of Graduate Studies (DGS)/ Program Studi Pascasarjana - mengumumkan tanggal pendaftaran untuk program Master pada tahun akademik 1441-1442.

تعلن الجامعة عن مواعيد التقديم للقبول ببرامج الماجستير ابتداءً من يوم الثلاثاء الموافق 26 /05 /1441 هـ وحتى يوم الأربعاء  04 /06 /1441 هـ ، عن طريق البوابة الإلكترونية.

Pengajuan Beasiswa pada program Master (S2) dimulai pada hari Selasa 26 Jumadil Awal 1441 H (21 Januari 2020) s.d Rabu 04 Jumadil Akhir 1441 H (29 Januari 2020). Portal pendaftaran hanya akan dibuka selama 8 Hari.

Informasi lengkap pembukaan pendaftaran: https://www.nu.edu.sa/home/-/NUContent/news23nGynews/content/123225695
Imadah telah menetapkan sejumlah persyaratan dan dokumen yang harus dilampirkan selama pendaftaran online di situs web http://dpgs.nu.edu.sa/deanship-programs
Pengajuan Beasiswa Program S2 ini, berlaku untuk pelamar laki-laki dan putri.

Ketentuan dan persyaratan umum yang harus dilengkapi untuk Pelamar Non Saudi.
1. Pelamar harus memiliki gelar sarjana (S1). Dibuktikan dengan semua dokumen yang ada (Ijazah dan Transkrip Nilai). Untuk Dokumen-dokumen berbahasa Indonesia, cukup diterjemahkan ke Penerjemah Tersumpah yang diakui negara pada tahap pendaftaran atau pengajuan beasiswa ini. Legalisir hasil terjemahan oleh kedutaan Saudi dilakukan hanya apabila sudah terdapat kepastian kelulusan untuk keperluan pemberkasan visa. 
2. Berperilaku baik dan Sehat secara Medis.
3. Menyerahkan dua surat rekomendasi / Tazkiyah dari para profesor, doktor atau dosesn yang sebelumnya telah mengajar mereka (pada jenjang sebelumnya/S1)
4. Bersedia melalui atau melakukan proses pembuatan Iqomah (Residence Permit/Izin Tinggal) jika sudah mendapat kepastian kelulusan Beasiswa untuk studi di Saudi.
5. Kemahiran berbahasa Arab (pada rumpun ilmu Agama) dan bahasa Inggris (pada rumpun ilmu umum).

Ketentuan atau persyaratan khusus bagi pelamar program Master (S2) jurusan Hadits, Syariah dan Fiqih.
1. Merupakan lulusan dari program Sarjana (S1) yang linear (rumpun ilmu agama, ushuluddin, dsb)
2. Memiliki hafalan Al Qur'an minimal 5 juz pertama dari awal surah Al Baqarah.

Ketentuan atau persyaratan khusus bagi pelamar program Master (S2) jurusan Sains dan Pendidikan, antara lain.
1. Merupakan lulusan dari program Sarjana (S1) yang linear (rumpun ilmu sains dan pendidikan).
2.  Pemohon harus memiliki gelar sarjana dengan nilai tidak kurang dari Jayyid Jiddan (IPK 3.0 dari 4.0 menurut pendapat penerjemah/admin).
3. Lulus tes dan wawancara pribadi yang dilakukan oleh departemen dan materi tambahan yang dianggap perlu oleh tim dari Departemen Jurusan masing-masing.
4. Memiliki Ijazah TOEFL, IELTS atau GMAT (dilampirkan).

Akun Instagram salah satu Mahasiswa Indonesia di Najran https://instagram.com/ahli_amalul

وما سبق من سبقو ولا وصل من وصل من السلف الصالحينو الا بالاخلاص لله رب العالمين

Tidaklah para salafusshalih itu unggul dan sampai pada derajat ilmu (yang tinggi), melainkan karena sebab ikhlasnya mereka saat menuntut ilmu, karena mengharap pahala Allah tuhan semesta alam.

Beasiswa S2 Najran University, buka tiap tahun, ada satu mahasiswa Indo di sana... Simpel cb aja,

Info jurusan dan syarat di
dpgs.nu.edu.sa atau
dpgs.nu.edu.sa/deanship-programs
.
Daftar di
https://edugate.nu.edu.sa/nu/ui/guest/application_online/index/typeHighApplicationOnlineIndex.faces
.
Cek https://youtu.be/-Y8KclGJJbE
Channel yutup Rizal Nur Rois

-----

kaust, king abdul aziz university of science n technology

Jumat, 17 Januari 2020

Kesedihan Akan Berlalu

الشيخ فهد التويجري: ‏كان القميص سببا للحزن
﴿وجاءوا على قميصه بدم كذب﴾
ثم كان سببا في البراءة
﴿فلما رأى قميصه قُدَّ من دُبُر قال إنه من كيدكن﴾
ثم أصبح سببا للفرح
﴿اذهبوا بقميصي هذا فألقوه على وجه ابي يأتِ بصيرا﴾
مايحزنك اليوم  قد يسُرّك غدا
كن متفائلا بما قدره الله
وسيأتيك الخير من حيث لاتحتسب.

Awalnya kemeja itu menyebabkan kesedihan,
"Mereka datang membawa kemeja Yusuf dengan darah palsu." (dikatakan diterkam srigala)

Kemudian kemeja itu adalah sebab diketahui bahwa Yusuf tidak bersalah,
"Ketika dia melihat bajunya yg robek dari belakang, dikatakan bahwa ini adalah tipu daya kalian (wanita yg memfitnah Yusuf)."

Akhirnya kemeja itu menjadi penyebab kegembiraan,
"Pergi dengan bajuku, dan berikan ke wajah ayahku, Ia akan datang dlm keadaan bisa melihat."

Faidah:
Apa yang membuatmu sedih hari ini mungkin membahagiakanmu besok.
Jadilah optimis terhadap takdir Allah, maka akan datang Kebaikan kepadamu dari arah yg tak terduga.

(Diterjemah dari twitter Syaikh Fahd Altuwaijiry حفظه الله)
---
www.lkpcikati.blogspot.com

Minggu, 05 Januari 2020

Setoran Durusullughah


Di antara metode yg kami jalankan adalah belajar mandiri durusullughah, buku bahasa arab utk dasar yg mudah dipahami, bahkan kami sertakan panduan berbahasa indonesia di buku tsb. Utk mendukung belajar mandiri, peserta setor tiap tatap muka halaman yg sudah dipelajari, ketika selesai, buku dikumpul untuk dikoreksi pengajar.

Di atas adl salah satu catatan akhir buku setelah dikoreksi pengajar dr awal sampai akhir.

Semoga menjadi ilmu yg bermanfaat

Koreksian kami yg di lipat

Kamis, 02 Januari 2020

Hamzah

Hamzah Menurut Ulama Klasik dan Kontemporer

Ulama klasik di setiap cabang ilmunya sepakat bahwa hamzah adalah huruf yang berat diucapkan. Kita simak penuturan mereka:
Sibawaih (ulama nahwu) mengatakan:
فأما المجهورة فالهمزة... والمجهورة حرف أُشبِعَ الاعتمادُ في موضعه، ومنع النفَسَ أن يجري معه حتى ينقضي الاعتماد عليه ويجري الصوت. ومن الحروف الشديد وهو الذي يمنع الصوتَ أن يجري فيه وهو الهمزة.
Beliau menyebutkan bahwa pada hamzah ada 2 sifat yang berat yaitu majhur dan syadid. Majhur adalah cengkraman pada makhrajnya kokoh, dan tertahannya nafas hingga cengkaramannya lepas dan suaranya berlalu. Sedangkan syadid adalah tertahannya suara (al-Kitab: 4/434).
Al-Khalil (penemu ilmu arudh dan penulis kamus Arab pertama) mengatakan:
الْهمزَة صَوت مهتوت فِي أقْصَى الْحلق يصير همزَة، فَإِذا رفه عَن الْهَمْز كَانَ نفسًا يحوّل إِلَى مخرج الْهَاء، فَلذَلِك استخفت الْعَرَب إِدْخَال لهاء على الْألف المقطوعة، نَحْو أراق وهراق وأيهات وهيهات.
Hamzah adalah suara yang diucapkan dengan keras di ujung tenggorokan, jika dikendorkan sedikit saja maka nafasnya akan beralih ke makhrajnya haa. Maka dari itu orang Arab ketika meringankan huruf hamzah akan berubah menjadi huruf haa, seperti أرَاق menjadi هَرَاق (menuangkan), أيهات menjadi هيهات (mustahil) (al-Muhkam wal Muhith al-A’dzom: 4/95).
Ibnul Jazari (ulama tajwid dan qiroat) mengatakan:
الحرف المهتوف، وهو الهمزة. سميت بذلك لخروجها من الصدر كالتهوّع، فتحتاج إلى ظهور قوي شديد.
Huruf mahtuf (yang dikeraskan) adalah hamzah. Disebut demikian karena ia keluar dari dada, seperti muntah. Maka butuh untuk dikeluarkan dengan sekuat tenaga (at-Tamhid fi ilmi at-Tajwid: 1/98).
Kemudian ar-Rodhi di kitabnya Syarhu asy-Syafiyyah (kitab khusus shorof) mengatakan:
اعلم أن الهمزة لما كانت أدخل الحروف في الحلق ولها نبرة كريهة تجري مجرى التهوع ثقلت بذلك على لسان المتلفظ بها، فخففها قوم
Ketahuilah ketika hamzah menjadi huruf yang terdalam di tenggorokan, dan ia memiliki aksen (penekanan) yang tidak disukai sebagaimana suara orang muntah, menjadikannya sulit untuk diucapkan, maka sebagian kaum meringankannya (Syarah asy-Syafiyyah: 3/31).
Dari sejumlah perkataan ulama klasik dari berbagai disiplin ilmu (lughoh, nahwu, shorof, tajwid, dll) maka disimpulkan bahwa mereka sepakat akan beratnya huruf hamzah di dalam pengucapan. Hal ini tidak lain karena ia huruf yang pertama kali keluar dari mulut, kata Imam Makki bin Abi Thalib al-Qoisy (Imam tajwid dan qiroah):
الهمزة أول الحروف خروجًا
Hamzah merupakan huruf yang pertama kali keluar dari mulut, maka ialah huruf yang paling dalam, yang paling dekat dengan sumber suara.

Maka itu sebabnya mengapa hamzah adalah satu-satunya huruf yang tidak memiliki bentuk huruf, tidak seperti ke 28 huruf hijaiyyah lainnya, bahkan ada sebagian yang tidak memasukkan hamzah sebagai huruf hijaiyyah. Hal ini dikarenakan beratnya hamzah ketika diucapkan. Hingga akhirnya al-Khalil mulai merumuskan beberapa bentuk tanda baca seperti dhommah diambil dari wawu kecil, fathah diambil dari alif yang berbaring, kasrah diambil dari yaa’ kecil, syiddah diambil dari kepala syin yang mana ia huruf pertamanya, sukun diambil dari kepala kho’ yang mana ia singkatan dari khofif, dan termasuk hamzah diambil dari kepala ‘ain karena dekatnya sifat dan makhraj keduanya (al-Mukhkam fii naqthil mashohif: 7).
Sebelumnya hamzah merupakan huruf tak berbentuk. Sebagaimana Imam Darostawaih mengatakan:
اعلم أن الهمزة حرف لا صورة له في الخط
Ketahuilah bahwa hamzah merupakan huruf tak berbentuk (Kitabul Kitab: 8).
Begitu juga Imam Makki menyebutkan:
وإنما لم تكن لها صورة كسائر الحروف لأن الهمزة حرف ثقيل فغيّرته العرب لثقلها، وتصرّفت فيه ما لم تتصرّف في غيره من الحروف.
Inilah yang menyebabkan hamzah tidak memiliki bentuk yang tetap sebagaimana huruf-huruf yang lain, yakni karena ia huruf yang berat, sehingga penuturnya seringkali mengubah-ubah bentuknya untuk tujuan meringankannya (ar-Ri’ayah: 43).
Terkadang dibaca sesuai dengan makhraj dan sifatnya di setiap kondisinya dengan simbol ro’sul ‘ain (kepala ‘ain), ini yang disebut tahqiq. Kadang dihilangkan hamzah pertama ketika bertemunya 2 hamzah, seperti جا أجلهم، هؤلا إن

ini yang disebut hadzf. Kadang diubah menjadi huruf mad mengikuti harokat sebelumnya, seperti مومن، راس، جيت, ini yang disebut ibdal. Atau terkadang sebaliknya, huruf mad diubah menjadi hamzah, seperti كساء (كساو)، شفاء (شفاي). Kadang diucapkan dengan dikurangi penekanannya (nabr), ini yang disebut dengan tashil baina baina, sebagaimana kita mengucapkan: a, i, u. Kadang meminjam bentuk huruf alif, wawu, atau ya, seperti رأس، مؤمن، جئت. Dan terkadang diganti dengan huruf mad hamzah kedua ketika bertemu 2 hamzah, seperti آمن، أوتي، إيمان. Bahkan terkadang hamzah diubah ke huruf yang terdekat makhrajnya yaitu ه, seperti هِيّاك نعبد وهِيّاك نستعين.
Meskipun demikian, dari seluruh bentuk hamzah, bisa kita simpulkan menjadi 2 kelompok: ahlu tahqiq dan ahlu takhfif. Dimana ahlu tahqiq adalah asalnya, yaitu hamzah diucapkan sesuai dengan makhraj dan sifatnya. Sedangkan ahlu takhfif adalah cabangnya, dimana terkadang ada suatu kondisi pengucapan hamzah terasa berat sehingga diganti dengan lafadz yang lain.
Kemudian muncullah ulama mu’ashirun (kontemporer) yang membawakan formula baru dalam ilmu imla untuk memudahkan pelajar. Di antara yang dibawakan adalah bagaimana cara menulis hamzah yang berada di tengah kata berdasarkan urutan kekuatan harokat. Urutannya dari yang terkuat adalah kasroh, dhommah, fathah dan sukun (tanpa harokat). Inilah yang disebut dengan kaidah aqwal harokat (Qowa’idul Imla: 12). Misalnya فُؤَاد mengapa hamzah ditulis di atas wawu, karena harokat sebelumnya adalah dhommah dan dhommah lebih kuat dari fathah, maka dituliskan diatas wawu yang mana ia adalah dobel dhommah. Atau مطمَئن mengapa ditulis di atas yaa’ karena sebelumnya berharokat fathah dan fathah lebih ringan dari kasroh maka ditulis diatas yaa yang mana ia adalah dobel kasroh.
Hanya saja prinsip ini bertentangan dengan prinsip ulama nahwu, shorof, juga ilmul ashwat yang telah lama mengatakan bahwa dhommah lebih kuat dari kasroh, banyak sekali sumber yang bisa kita rujuk tentang itu, diantaranya perkataan Imam al-A’lam:
أقوى الحركات هي الضمة
Harokat yang terkuat adalah dhommah (an-Nukat fii tafsir kitab Sibawaih: 1/21). Hal ini dikarenakan pengucapan dhommah membutuhkan tenaga lebih, karena selain mengeluarkan suara dari dada maka ia perlu dipantulkan di mulut bagian paling luar (bibir), karena letak dhommah ada di sana. Di samping itu kita juga perlu menggerakkan semua bagian bibir ketika mengucapkannya.
Mengapa bisa berbeda?
Padahal kaidah penulisan hamzah pada zaman dahulu juga sudah ada yang dibawakan oleh ahlu takhfif, diantaranya: penulisan hamzah di atas huruf yaa’ jika ia berharokat kasroh atau sebelumnya kasroh, penulisan hamzah di atas wawu jika ia berharokat dhommah dan sebelumnya selain kasroh atau ia berharokat selain kasroh dan sebelumnya dhommah, dst. Misalnya mereka tulis kata سئِم diatas huruf yaa’ semata-mata untuk memudahkan pembaca ketika ditakhfif maka dibaca سيِمَ, begitu juga yang lainnya. Bukan karena berat ringannya suara.
Nampaknya kaidah seperti ini menurut ulama kontemporer terlalu sulit untuk dihafal bagi para pemula, maka mereka berusaha menyederhanakannya. Maka dari itu dibuatlah rumus cepat seperti urutan yang ditulis diatas. Hanya saja pada kata سُئِل dan سنقرِئُكَ, hamzah ditulis diatas huruf yaa’ padahal ia berharokat dhommah atau sebelumnya berharokat dhommah, maka dari sini disimpulkan bahwa kasroh lebih kuat dari dhommah. Padahal menurut ulama klasik, hal tersebut tidak lain untuk meringankan saja ketika ditakhfif, yakni diubah menjadi huruf yaa’. Kalau direnungkan lebih dalam, justru kedua kata tersebut menjadi bukti bahwa kasroh lebih ringan daripada dhommah. Karena tidaklah Bahasa Arab dirumuskan melainkan untuk mempermudah penuturnya. Jika ditulis سُؤِل atau سنقرِؤُك maka akan terlihat lebih berat. Wallahu A’lam.

Abu Kunaiza

Di Kampung Senja (Ghurub)

Sumber:

http://bit.ly/hamzah-abu-kunaiza

Rabu, 01 Januari 2020

Misi Divisi Bahasa Arab

Semoga suatu saat bisa terealisasi

Belajar bahasa Arab dilanjut baca kitab

Aamiin yaa rabb

Anak 5thn Menghafal

*📚Kiat Membimbing Anak Usia 5 Tahun dalam Menghafal Al-Quran*

Pertanyaan:

Saya punya adik perempuan berumur 5 tahun lebih. Harapan saya, dia bisa menghafal Al-Quran (30 juz). Dari mana kami harus memulai dan bagaimana caranya?

Jawaban:

Sesungguhnya pendidikan Agama di berikan kepada anak sejak dini (kecil), menghafal Al-Quran dan mengajarkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perkaran yang agung. Khususnya zaman sekarang, ketika banyak orang menyia-nyiakan (pendidikan) anak mereka atau anak-anak yang berada di bawah perwaliannya. Mereka juga disibukkan dengan perkara yang tidak bermanfaat untuk urusan akhirat, bahkan membahayakan mereka. Mereka ditautkan dengan tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi teladan, seperti: aktor, atlet, dan penyanyi.

Kami berterima kasih kepada Saudari atas pertanyaannya dan kita meminta kepada Allah agar Dia menenguhkannya dan membantunya dalam urusan ini dan urusan yang lain. Semoga Allah juga memberinya pahala pada hari kiamat kelak. Betapa agungnya ketika manusia berjumpa dengan Rabb-nya, dan di catatan amalnya terdapat amal-amal shalih yang membantunya.

Terkait bahasan tentang sang adik perempuan dan cara menghafal Al-Quran, kami sarankan kepada Saudari sebagai berikut:

1. Mulai membaca dan menghafal yang paling mudah, yaitu surat Al-Fatihah. Kemudian lanjutkan dengan juz 30 (juz ‘amma). Mengawali dengan yang mudah akan membantu untuk langkah selanjutnya. Kebutuhannya terhadap surat Al-Fatihah sangat penting ketika hendak mulai belajar shalat.

2. Tentukan kadar hafalan dalam sehari, dengan kadar yang mudah dipenuhi, hingga akhirnya hafalannya kuat. Itu juga akan memudahkan proses menghafal selanjutnya. Kadar ini berbeda tiap orang, tergantung kecerdasan dan kecepatan hafal yang dimiliki.

3. Persering muraja’ah (mengulang-ulang) sampai benar-benar hafal. Jangan sampai ada hari yang terlewati tanpa hafalan baru maupun mengulang hafalan yang lalu.

4. Motivasi sang adik dengan hadiah bila telah selesai menghafal satu juz dengan sempurna, misalnya.

5. Awali dengan talqin (membacakan) dan tardid (memperdengarkan berulang kali). Biasanya ini adalah awal modal dalam menghafal, kemudian ajari ia cara membaca (Al-Quran), sampai nanti dia mahir membaca Al-Quran sendiri tanpa perlu didampingi saudarinya atau gurunya.

6. Jika sang adik sudah mencapai usia wajib-shalat dan berakal, ajarkan dia agar mengulangi hafalannya dengan cara membaca (surat yang telah dihafalnya) dalam shalat, baik shalat fardhu maupun nafilah (sunnah).

7. Ulangi hafalannya dengan mendengar kaset atau komputer, agar terpadu antara baiknya pelafalan dan baiknya cara baca. Kesempatan ini juga bermanfaat untuk mengulang hafalan dan memperkuatnya.

8. Pilih waktu yang sesuai untuk menghafal – selagi tidak sibuk dan banyak urusan – misalnya pilih waktu setelah fajar (subuh) atau waktu antara maghrib dan isya. Jauhi masa ketika lapar, capek, atau mengantuk.

9. Puji sang adik di hadapan tetangga atau kerabat, untuk menyemangati dan memotivasi para tentangga dan kerabat supaya ikut menghafal Al-Quran. Baca dua surat al-mu’aqqidzat (yaitu Al-Falaq dan An-Nas), agar terhindar dari ‘ain orang yang dengki.

10. Sangat penting bagi sang adik untuk memakai satu mushaf, jangan gonta-ganti, karena dengan itu dia akan lebih kuat mengingat letak ayat.

11. Motivasi sang adik untuk menuliskan ayat yang telah dihafalnya, hingga tergabung antara pelajaran menulis dan kuatnya hafalan.

Hanya Allah yang mampu memberi taufik.

Fatawa Islam Sual wa Jawab (diasuh oleh Syaikh Shalih Al-Munajjid).

Sumber: http://islamqa.info/ar/32436

Penerjemah: Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id
Muraja’ah: Ustadz Abu Umair

Artikel www.muslimah.or.id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/5727-kiat-membimbing-anak-usia-5-tahun-dalam-menghafal-al-quran.html